Minggu, 22 November 2015

PPT Kesehatan Sekolah

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-LEARNING BARBASIS MOODLE PADA MATA PELAJARAN BOLABASKET UNTUK KELAS XI SEMESTER GANJIL di SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR E-LEARNING BARBASIS MOODLE PADA MATA PELAJARAN BOLABASKET UNTUK KELAS XI SEMESTER GANJIL di SMAN 10 MALANG
PROPOSAL SKRIPSI

Pembimbing:
1. Prof. Dr. M.E. Winarno, M.Pd
2. Drs. Sugiyanto, M.Pd


 











Oleh:
Heri Riki Rianto
120611433899


JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

November 2015






BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan mengaenai pengertian pendidikan (Depdiknas: 2003).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarannya agar peerta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangasa, dan Negara.

Pada dasarnya di dalam pendidikan terdapat proses kegiatan belajar mengajar yang di dalam penyampaiannya menggunakan proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan, dan materi pendidikan.
            Bolabsket adalah salah satu olahraga permainan yang diajarkan di kelas XI Sekolah menengah atas/Madrasah Aliyah. Komponen penting di dalam pembelajaran bolabasket dipengaruhi oleh seorang guru. Perlu dipersiapkan dan diperlengkapi lebih baik dalam pemberian materi sehingga pada akhirnya dapat berperan besar terutama dalam proses pembelajaran yang akan berdampak langsung pada pencapaian prestasi bolabasket.
Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”, ranah keterampilan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”, ranah pengetahuan mengamati transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
E-Learning merupakan suatu jenis sistem pembelajaran yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, atau media jaringan komputer lain (Suntanta, 2015). Pembelajaran menggunakan E-learning ini sudah berkembang di Indonesia dan mendapatkan tanggapan positif dikalangan pendidikan. Ketertarikan ini dikarenakan media yang digunakan mengikuti perkembangan teknologi internet. Ada beberapa jenis media yang berhubungan dengan e-learning salah satunya adalah yang berbasis moodle.
Moodle merupakan media yang dapat  membangun  sistim  dengan  konsep  E-Learning (pembelajaran  secara  elektronik)  ataupun  Distance  Learning (Pembelajaran  Jarak  Jauh). Dengan  konsep  ini  sistem  belajar  mengajar  akan  tidak  terbatas  ruang  dan  waktu (Haskari, 2012: 3). Berbagai  bentuk  materi  pembelajaran  dapat  dimasukkan  dalam  aplikasi  moodle ini. Berbagai sumber  (resources)  dapat  ditempelkan sebagai  materi pembelajaran. Nasakah tulisan yang  ditulis  dari  aplikasi  pengolah  kata Microsoft  Word,  materi  presentasi  yang  berasal  dari Microsoft  Power  PointAnimasi  Flash,  dan  bahkan  materi  dalam  format  audio  dan  video dapat ditempelkan sebagai materi pembelajaran.
Media pembelajaran yang menggunakan moodle  ini dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Moodle merupakan seperangkat alat yang dapat memperkaya sumber belajar secara konvensional, sehingga dapat menjawab tentang perkembangan globalisasi. Meskipun demikian, tidak berarti moodle menggantikan model pembelajaran di kelas tetapi moodle sebagai media pembelajaran yang dapat memperkuat model belajar melalui pengayaan konten dan pengembangan teknologi pendidikan khususnya teknologi internet.
Observasi di lakukan selama KPL (kajian praktik lapangan) oleh peneliti di SMAN 10 Malang dengan menggunakan angket yang disebarkan secara acak kepada 22 siswa kelas XI.  Dari hasil observasi tersebut, peneliti menemukan bahwa pembelajaran teori dalam kelas sangat kurang karena terlalu banyaknya porsi jam pelajaran yang dilakukan di lapangan. Kurangnya pemahaman konsep materi bolabasket terlihat dari hasil angket yang menunjukkan bahwa 68% siswa menyatakan tidak pernah melakukan pembelajaran teori dalam kelas, sedangkan sisanya menunjukkan persentase 27% jarang, 0,45% pernah, dan 0% penah. Minat dan motivasi siswa untuk belajar materi bolabasket kurang, keaktifan siswa dalam membaca juga dapat diukur dengan hasil  54% sangat mementingkan tugas membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan 45% menyatakan penting. Media ajar yang digunakan kurang dan monoton, tugas yang diberikan guru untuk meningkatakan kognitif siswa menyatakan 50% jarang, 40% tidak pernah, dan 0,30% pernah. Keefektifan media yang digunakan guru dalam pemberian materi menyatakan 54% kurang tepat, 31% tepat, dan 0,13% sangat tepat. Media yang digunakan sebagai sumber referensi siswa dalam mengerjakan tugas menyatakan 40% menyatakan sulit, 27% sangat sulit, 27% mudah, dan sisanya 0,45% menyatakan sangat memudahkan.
Berbagai kesulitan siswa diantaranya; (1) Kurangnya pembelajaran materi  dalam kelas, karena waktu yang digunakan lebih banyak dilapangan dari pada teori dikelas, sehingga siswa kurang menguasai materi bolabasket, (2) Kurangnya minat dan motifasi siswa, karena kurangnya pemberian tugas dari guru mengakibatkan siswa kurang tetarik mempelajari materi bolabasket, (3) Media yang digunakan kurang dan monoton, dari bahan ajar yang ada di SMA 10 hanya berupa LKS dan buku per cabang olahraga, itupun setiap cabang olahraga satu buku. Dilihat dari minat siswa untuk membaca juga sangat tinggi, sehingga buku yang digunakan siswa dalam mengerjakan tugas sangat terbatas. Media yang digunakan sebatas buku dan arahan dari guru. Siswa yang lebih menyukai praktik akan lebih jenuh ketika pembelajaran yang diberikan sama seperti pembelajaran matapelajaran yang lain, (4) Materi yang didapat siswa hanya pada saat teori di kelas, karena waktu yang digunakan lebih banyak dilapangan, sehingga pembelajaran yang didapat sebatas konvensional, yaitu dengan metode ceramah dimana didominasi oleh geru sebagai pusat pembelajarannya (teacher centered) dan pembelajarannya sebatas ketika teori di kelas.
Pentingnya manfaat penerapan E-learning sebagai salah satu media interaktif  pada saat ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan Nathasa Pramudita Iriana (2012: 70) yang meneliti pengambangan media pembelajarn E-Learning Berbasis Moodle pada Materi Lingkaran. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan SMPN 1 Gedeg, diperoleh  presentase hasil uji coba terbatas adalah 86,8%. Sesuai dengan kelayakan, media pembelajaran E-Learning berbasis Moodle dinilai sangat layak untuk digunakan. Berdasarkan hasil dari keseluruhan validasi yang telah dilakukan, rata-rata kelayakan media pembelajaran e-learning berbasis moodle ini adalah 79,5% dengan kriteria layak. Penelitian pengembangan mengenai media pembelajaran yang berbasis mobile learning juga dilakukan oleh Andryas Yuniarto (2015: 45) yang meneliti pengembangan media pembelajaran permainan futsal berbasis mobile learning untuk mahasiswa jurusan ilmu keolahragaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di fakultas ilmu keolahragaan universitas negeri malang jurusan IK (ilmu keolahragaan), diperoleh persentase dari hasil uji coba kelompok kecil sebesar 85,28% dan media yang dibuat masuk dalam katagori baik, sedangakan uji kelompok besar sebesar 91.05 % buku digital tentang teknik dasar dan peraturan permainan fudsal dinyatakan layak.
Paparan masalah yang dikemukakan di atas, diperlukan suatu media bahan ajar yang nantinya dapat menarik minat dan motivasi siswa, serta media yang digunakan sangat efektif. Media yang ini nantinya mudah diakses dan dapat digunakan sebagai sumber referensi siswa untuk membantu dalam mempelajari matapelajaran bolabasket. Model pembelajran e-learning dengan segala keunggulan di atas akan sangat membantu dunia pendidikan Indosesia. E-learning dapat menjadi alternatif cara meningkatkan mutu pendidikan Indonesia dan melakukan upaya pemerataan diseluruh wilayah Indonesia (Darmawan, 2011: 12).
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar E-learning Barbasis Moodle pada Mata Pelajaran Bolabasket untuk Kelas XI Semester Ganjil di SMAN 10 Malang”
B.      Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan pengembangan ini bertujuan mengembangkan media pembelajaran bolabasket barbasis moodle untuk siswa kelas XI di SMA 10 Malang
C.      Spesifikasi Produk yang Diharapkan
Moodle yang digunakan ini merupakan media e-learning yang menggunakan internet, sehingga mudah diakses diamana aja dan kapan saja. Pembuatan moodle ini juga membutuhkan domain sebagai identitas alamat situs yang mempermudah pencarian dalam internet. Setiap pengguna harus membuat akun dengan alamat e-mail individu.
Spesifikasinya antara lain:
o   Materi bolabasket yang dikemas dalam moodle antara lain:
·       Sejarah bolabasket
·       Teknik bolabasket
·       Metode latihan
·       Peraturan
·       Perwasitan
o   Gambar sebagai pendukung penjelasan dari materi
o   Video sebagai tutorial
o   Kuis
o   Forum chatt untuk anggota
Keunggulan dari produk yang dibuat adalah semua materi didalamnya tertata rapi dan mudah dipahami.
D.      Pentingnya penelitian dan Pengembangan
Dengan perkembangan teknologi yang pesat ini memungkinkan media e-learning  berbasis Moodle dapat dioperasikan disetiap kalangan. Pengtinganya penelitian ini adalah mengembangkan sumber belajar siswa dari media buku menjadi media  teknologi yang berbasis e-learning, karena sebuah proses itu membutuhkan perubahan mengikuti perkembangan teknologi yang berkembang.
E.      Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan
Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa:
1.   Produk ini nantinya dapat digunakan sebagai media pembelajaran kelas XI SMAN 10 Malang untuk meningkatakan pengetahuan siswa dalam cabang olahraga bolabasket.
2.   Produk pengembangan yang dihasilkan menjadi sumber belajar siswa pada materi bolabasket dan ketertarikan siswa untuk mempelajarinya bertambah.
3.   Pengembangan yang dibuat peneliti adalah media yang tepat untuk dijadikan sebagai bahan ajar kelas XI SMAN 10 Malang, karena dengan sarana prasarana yang ada dalam sekolah sangat mendukung untuk dijadikan salah satu media e-learning yang berbasis moodle.
Keterbatasan penelitaan dan pengembangan
Penelitian dan pengembangan ini dibatasi pada objek pengembangan e-learning di SMAN 10 Malang. Produk ini hanya ditujukan pada siswa kelas XI mipa. Produk pengembangan ini dikemas dalam bentuk moodle online yang cara penggunaanya menggunakan internet.


F.       Definisi Istilah atau Definisi Operasional
1.     Media pembelajaran e-learning merupakan media pembelajaran yang memerlukan alat bantu elektronik berupa Smartphone atau perangakat computer dan internet berbasis web yang digunakan oleh Moodle.
2.     Moodle Adalah sebuah  nama  untuk  sebuah  program  aplikasi  yang dapat  merubah  sebuah media  pembelajaran  kedalam  bentuk  web.  Aplikasi  ini  memungkinkan  siswa untuk  masuk kedalam  " ruang  kelas"  digital  untuk  mengakses  materi-materi  pembelajaran.  Dengan menggunakan  Moodle,  kita dapat  membuat  materi  pembelajaran,  kuis,  jurnal  elektronik  dan lain-lain.
3.     Bolabasket adalaholahraga bola besar yang dimainkan secara berkelompok yang terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing lima orang yang saling bertanding mencetak poin dengan memasukkan bola ke dalam keranjang lawan. Tujuan dari permainan bola basket adalah mencetak poin sebanyak-banyaknya dengan memasukkan bola ke keranjang lawan dan mencegah kemasukan bola ke keranjang sendiri.
4.     Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan media pembelajaran e-learning berbasis moodle pada bahan ajar PJOK untuk kelas XI SMAN 10 Malang ini adalah model R&D dari Borg and Gall yang telah disesuikan  dengan keperluan dalam pengembangan, yang terdiri dari:
·       Analisis kebutuhan
·       Pembuatan rancangan produk awal
·       Validasi produk ke ahli media, pembelajaran, olahraga permainan
·       Uji coba I (kelompok kecil)
·       Revisi produk
·       Uji coba II (kelompok besar)
·       Revisi produk hasil uji kelompok besar

·       Produk akhir berupa media pembelajarn berbasis moodle

Selasa, 10 November 2015


Seorang lelaki berkencan dengan seorang gadis yang selalu menyakitinya. Suatu hari,Gadis itu pun putus dengan dia dan mengatakan kepadanya,
"Aku gak akan pernah ingin melihatmu lagi."

Beberapa bulan kemudian, gadis itu memiliki perubahan hati. Dia menyadari bahwa dia mencintai lelaki itu,lalu dia kembali dan berkata kepada lelaki itu

"Berikan saya satu kesempatan lagi. Aku mencintaimu dan aku membutuhkanmu. Aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah menyakiti Kamu lagi."

Tapi lelaki itu hanya tertawa dan berkata kepadanya, "Hanya orang bodoh yang mau kembali kepada seseorang yang telah  menyakitinya begitu banyak."

Gadis itu merasa putus asa dan mulai menangis, tapi lelaki itu memeluk dia, memeluknya erat-erat dan berkata, "... dan aku salah satu dari orang-orang bodoh itu"

Sumber: Line renungan

Sabtu, 07 November 2015

Manusia unik lucu





Keggiatan setelah melakukan kegiatan Baksos di Desa Pusong, Singosari, Malang.sasaran di SDN Wonorejo

Surve tampat :









Kegiatan :














SERVIS BOLAVOLI

TENIS MEJA SERVICE DAN PENGAMBILAN BOLA

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
                Ping-pong (juga disebut "tenis meja") adalah sejenis olahraga dan permainan indoor yang populer. Pemain akan memukul bola yang mondar mandir di atas sebuah meja yang memiliki jaring di tengahnya menggunakan pemukul atau bet. Pemain hanya bisa memukul bola tersebut setelah bola dipantulkan sekali di bagiannya, dan harus mengembalikannya agar pantulan ke bagian lawan. Permainan ini bisa dimainkan secara tunggal atau ganda. Permainan ini cepat dan membutuhkan reaksi cepat. Permainan yang mahir bisa memberikan "putaran" pada bola, yang membuatnya memantul pada arah yang sulit diperkirakan, sekaligus sulit dibalas. Dalam tenis meja banyak berbagai pukulan salah satunya service. Service adalah suatu pukulan yang dilakukan untuk memulai atau membuka permainan dengan tiap bagian alat pemukul memulai bagian atas net, setelah bola dilambungkan pada daerah service.

I.2  Rumusan Masalah
            Pada latar belakang diatas dapat disimpulan dalam rumusan masalah sebagai berikut :
A.              Apa yang dimaksud service?
B.               Apa saja macam pukulan service dan tekniknya?
C.               Bagaimana cara pengambilan bola!
I.3 Tujuan
A.              Untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah yang bersangkutan
B.               Menjelaskan apa, macam, dan teknik dalam melakukan pukulan service
C.               Menjadikan salah satu referensi atau sumber pengajaran untuk pembaca.
I.4 Metode penulisan
            Pembuatan makalah ini kami mengunakan metode membaca buku catatan yang sudah direvisi oleh dosen, dan menggunakan metode internet, untuk menyempurnakan makan ini.





BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Service
Service adalah suatu pukulan yang dilakukan untuk memulai atau membuka permainan dengan tiap bagian alat pemukul memulai bagian atas net, setelah bola dilambungkan pada daerah service. Dapat pula ditambahkan bahwa service merupakan tindakan pertama dalam permainan dan juga sebagai serangan pertama kali bagi pemain yang melakukan service yang sukar atau sulit diterima oleh pihak lawan dapatlah dipakai suatu senjata untuk mengadakan suatu serangan. (Drs. Soetomo, 1985 : 553).

II.2 Macam-macam Service
Di dalam permainan tenis meja ada 2 macam service yaitu
1.   Service Forehand
Service Forehand adalah service yang dilakukan dengan bagian depan bet/raket, di sebelah kanan badan bagi seorang pemain yang memegang bet dengan tangan kanan atau sebelah kiri badan bagi seorang pemain kidal.
2.   Service Backhand
Service Backhand adalah Service yang dilakukan dengan menggunakan bagian belakang kepala bet/raket. (Nupitupulu, 1982 : 10).

II.3 Tehnik service forehand dan tehnik Backhand
Apabila bet/raket dengan meja membentuk sudut 90, maka posisi bet tersebut tegak lurus. Jika sudutnya lebih kecil 90, maka kedudukan bet tersebut tertutup. Sedangkan jika dudutnya lebih besar dari 90, maka kedudukan bet tersebut terbuka.
Adapun cara melakukan service forehand dan service backhand adalah sebagai berikut 
1.    Tehnik Service Forehand
·     Posisi Kaki, Service forehand memiliki sikap dasar badan agak condong ke arah meja, dengan pengertian bahwa kaki kiri berada di depan, (bagi yang tidak kidal).
·     Posisi Lengan, Lengan atas membentuk sudut kecil dengan tubuh lengan bahwa mengarah ke bawah.
·     Posisi Bet, Saat melakukan service bet terbuka, maksud dari bet terbuka adalah waktu perkenaan bola posisi bagian depan bet menghadap ke depan.
·     Gerakan service dilakukan dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri, dari belakang ke depan. Lengan bawah mengkhiri gerakanya di depan dahi. Jadi selama melakukan pukulan lengan bawah membentuk sudut lebih kecil.
2.    Tehnik Service Backhand
·     Sikap Posisi Kaki, Kedua kaki berdiri paralel dengan meja.
·      Sikap Lengan, Lengan mengarah ke depan, lengan bawah membentuk sudut yang lebih besar. Tangan yang memegang bet lebih dekat dengan tubuh dari pada siku.
·     Posisi Bet, Selama melakukan service bet terbuka. Pada waktu melakukan service posisi bagian depan bet menghadap ke depan.
·     Gerakan Service, Gerakan service dilakukan dari belakang ke depan, dari kiri ke kanan, dan dari atas ke bawah.
·     Pengembalian Bola, Dalam usaha mengembalikan bola pada dasarnya adalah tidak memberikan kesempatan pada para pemain untuk mematikan bola tersebut.
Selain dari kedua dasar dan gerakan service yang disebutkan di atas maka terdapat beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan dalam melakukan service forehand dan service backhand diantaranya yaitu :
A.          Pandangan
Pada pelaksanaan service kita hendaknya melihat arah bola lambung karena kita menginginkan bola yang dipukul dapat melambung dengan baik dan akurat. Setelah kita mengarahkan pandangan ke bola selanjutnya arah pandangan beralih ke sasaran yang kita kehendaki/tuju. Dengan melakukan hal tersebut berarti kita juga telah melakukan service perlu kosentrasi dengan baik.




B.          Melempar bola ke atas
Melempar bola ke atas dalam setiap jenis service merupakan syarat yang terpenting di dalam peraturan tenis meja. Bola yang tidak dilambungkan akan dianggap tidak syah atau service gagal, karena melempar bola merupakan tahapan pertama yang selanjutnya disusun dengan memukul bola (Hitting The Ball). Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak kita inginkan lemparan harus dilakukan secara baik yaitu : bola diletakkan pada tangan (telapak) tangan kiri dengan jari-jari tertutup kecuali ibu jari dan bola dilambungkan ke atas dengan sudut tidak boleh lebih dari 45O dari garis vertikal baru kemudian dipukul.
C.          Ayunkan tangan pada saat memukul bola
Ayunan tangan yang baik sangat diperlukan sekali di dalam menyajikan service, karena ayunan tangan merupakan gerakan awal untuk memukul maupun untuk menentukan sasaran yang tepat untuk mendapatkan hasil yang baik di dalam penyajian service, ayunan tangan (bet) dan lambung bola harus tepat dan terkoordinasikan.
D.          Saat perkenaan(Inpect) bola dengan bet
Bersamaan dengan turunnya bola dari ketinggian, saat itulah perkenaan bola dengan bet. Pada saat bet menempel atau membentur bola, komponen ke depan lebih besar dari komponen ke atas, agar bola berjalan menuju ke depan dan keras.
E.          Gerakan lanjut/akhir
Setelah pekenaan bola teruskan gerakan lengan ke depan samping berhenti di depan kiri atau di depan dahi jadi gerakan lanjut ini yang mengangkat bola untuk melewati jaring dan selanjutnya memantul pada meja lawan. (Drs. Soetomo, 1985 : 554 – 556).
II.4  Pengambilan Bola
1.   Pada saat serve, bola harus dilepas. Apabila bola terkena net dan bola masuk ke daerah lawan, maka harus di ulang sampai 3 (tiga) kali dan apabila masih terkena net juga maka point untuk lawan. Sedangkan apabila bola menyentuh net dan masuk ke daerah kita, maka point untuk lawan.
2.   Pada saat mau serve dan bola lepas dari tangan dan belum/tidak sempat dipukul, maka serven boleh diulang selama bola tidak menyentuh meja pertandingan. Kalau bola menyentuh meja pertandingan, maka point untuk lawan.
3.   Pada saat pertandingan, pergantian serve (pindah bola) dilakukan setelah 2 (dua) point.
4.   Pertandingan dilakukan sebanyak 3 (lima) game dan apabila menang dalam 2 game maka dinyatakan sebagai pemenang. Dalam setiap game-nya perolehan point sebanyak 21 point/angka.
5.   Selama pertandingan apabila tangan atau anggota tubuh lainnya menyentuh meja pertandingan, pertandingan tetap dilanjutkan. Dan apabila bola menyentuh tangan (tidak disengaja) dan bola jatuh ke meja lawan, maka pertandingan tetap dilanjutkan.
6.   Apabila bet menyentuh meja atau bet menyentuh badan, pertandingan tetap dilanjutkan.
7.   Untuk menentukan siapa yang berhak melakukan serve lebih dulu pada setiap pertandingan, dilakukan dengan menebak keberadaan bola dibawa meja yang disembunyikan oleh wasit. Sedangkan untuk game ke-2 dan selanjutnya, yang berhak melakukan serve lebih dulu adalah orang yang menerima bola (bukan yang serve) pada akhir game sebelumnya.














BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Service adalah suatu pukulan yang dilakukan untuk memulai atau membuka permainan. Di dalam permainan tenis meja ada 2 macam yaitu forehand dan backhand. Tehnik service forehand dan tehnik Backhand apabila bet/raket dengan meja membentuk sudut 90, maka posisi bet tersebut tegak lurus. Jika sudutnya lebih kecil 90, maka kedudukan bet tersebut tertutup. Sedangkan jika dudutnya lebih besar dari 90, maka kedudukan bet tersebut terbuka. Pertandingan dilakukan sebanyak 3 (lima) game dan apabila menang dalam 2 game maka dinyatakan sebagai pemenang. Dalam setiap game-nya perolehan point sebanyak 21 point/angka.

III.2 Saran
Setelah membaca dan memahami dari judul diatas, semoga bias berguna dan bermanfaat sebagai pegetahuan. Setelah membaca saran dan kritik sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah yang akan dating.
.















DAFTAR PUSTAKA

Joni Lech, Bimbingan Bermain Tenis Meja, Mutiara Jakarta, tahun 1990.

Napitupulu, Permainan Tenis Meja, Jakarta, tahun 1979.

Soetomo, Tenis Meja, Penerbit PT. Sastra Hudaya, tahun 1981.


https://www.google.com/search?q=tenis+meja&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a