Sabtu, 07 November 2015

PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT MADANI DI MASA DEPAN

PENDIDIKAN DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT MADANI
DI MASA DEPAN

1.       PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
            Menurut Madjid (2000: 80) masyarakat madani (civil of society) merupakan masyarakat yang sopan, beradab, dan teratur dalam bentuk negara yang baik.. Sedangkan menurut Ibrahim (1995), masyarakat madani adalah sistem sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat. Menurut dua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat yang demokrasi yang berasaskan pada prinsip moral, hukum, dan didasari pada penguasaan teknologi, ilmu dan iman.
             Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia menurut ukuran normatif (baik atau buruk). Di sisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah atau perguruan tinggi) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada di luar lingkungan formal.
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sistem pendidikan Indonesia  yang telah dibangun dari dulu sampai sekarang ini, ternyata masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global untuk masa yang akan datang. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang selama ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi masalah yang menonjol dalam dunia pendidikan di Indonesia. Upaya untuk membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing tinggi, berwawasan iptek, serta bermoral dan berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, dibutuhkanya partisipasi yang strategis dari berbagai komponen yaitu: pendidikan awal di keluarga, kontrol efektif dari masyarakat, dan pentingnya penerapan sistem pendidikan pendidikan yang khas dan berkualitas oleh negara.
1.2    Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
(1) Bagaimana bentuk masyarakat madani di Indonesia?
(2) Bagaimana bentuk pendidikan dalam menciptakan masyarakat madani di masa depan?
1.3    Tujuan
            Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut.
(1)anduan atau sebagai sebagian kecil sumber pengetahuan tentang peranan pendidikan dalam membentuk masyarakat madani di masa depan.
2.       PEMBAHASAN
2.1  Masyarakat Madani di Indonesia
Sebenarnya di Indonesia memiliki tradisi kuat masyarakat madani bahkan jauh sebelum negara ini berdiri. Masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah beragam organisasi sosial keagamaan dan pergerakan nasional dalam dalam perjuangan merebut kemerdekaan, selain berperan sebagai organisasi perjuangan penegakan HAM dan perlawanan terhadap kekuasaan kolonial, organisasi berbasis islam, seperti Serikat Islam (SI), Hahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, telah menunjukan kiprahnya sebagai komponen civil society yang penting dalam sejarah perkembangan masyarakat sipil di Indonesia.
Terdapat beberapa strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana seharusnya bangunan masyarakat madani bisa terwujud di Indonesia :
·     Pandangan integrasi nasional dan politik. Pandangan ini menyatakan bahwa sistem demokrasi tidak mungkin berlangsung dalam kenyataan hidup sehari-hari dalam masyarakat yang belum memiliki kesadaran dalam hidup berbangsa dan bernegara.
·     Pandangan reformasi sistem politik demokrasi, yakni pandangan yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu bergantung pada pembangunan ekonomi. Dalam tataran ini, pembangunan institusi politik yang demokratis lebih diutamakan oleh negara dibanding pembangunan ekonomi.
·     Paradigma membangun masyarakat madani sebagai basis utama pembangunan demokrasi, pandangan ini merupakan paradigma alternatif di antara dua pandangan yang pertama yang dianggap gagal dalam pengembangan demokrasi, berbeda dengan dua pandangan pertama, pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran politik warga negara, khususnya kalangan kelas menengah.
Bersandar pada tiga paradigma diatas, pengembangan demokrasi dan masyarakat madani selayaknya tidak hanya bergantung pada salah satu pandangan tersebut, sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma, setidaknya tiga paradigma ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi di masa transisi sekarang melalui cara :
·     Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi kelas menengah untuk berkembang menjadi kelompok masyarakat madani yang mandiri secara politik dan ekonomi. Dengan pandangan ini, negara harus menempatkan diri sebagai regulator dan fasilitator bagi pengembangan ekonomi nasional, tantangan pasar bebas dan demokrasi global mengharuskan negara mengurangi perannya sebagai aktor dominan dalam proses pengembangan masyarakat madani yang tangguh.
·     Mereformasi sistem politik demokratis melalui pemberdayaan lembaga-lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi, sikap pemerintah untuk tidak mencampuri atau mempengaruhi putusan hukum yang dilakukan oleh lembaga yudikatif merupakan salah satu komponen penting dari pembangunan kemandirian lembaga demokrasi.
·     Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga negara secara keseluruhan. Pendidikan politik yang dimaksud adalah pendidikan demokrasi yang dilakukan secara terus-menerus melalui keterlibatan semua unsur masyarakat melalu prinsip pendidikan demokratis, yakni pendidikan dari, oleh dan untuk warga negara.
Kondisi Indonesia yang dilanda euforia demokrasi, semangat otonomi daerah dan derasnya globalisasi membutuhkan masyarakat yang mempunyai kemauan dan kemampuan hidup bersama. Dalam sikap saling menghargai, toleransi, dalam kemajemukan yang tidak saling mengeksklusifkan terhadap berbagai suku, agama, bahasa, dan adat yang berbeda. Kepedulian, kesantunan, dan setiakawan merupakan sikap yang sekaligus menjadi prasarana yang diperlukan bangsa Indonesia.
Pengembangan masyarakat madani di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri. Kebudayaan, adat istiadat, pandangan hidup, kebiasaan, rasa sepenanggungan, cita-cita dan hasrat bersama sebagai warga dan sebagai bangsa, tidak mungkin lepas dari lingkungan serta sejarahnya. Keunggulan bangsa Indonesia, adalah berhasilnya proses akulturasi dan inkulturasi yang kritis dan konstruktif. Pada saat ini, ada pertimbangan lain mengapa pengembangan masyarakat madani secara khusus kita beri perhatian.
Untuk membangun masyarakat madani di Indonesia, ada enam faktor harus diperhatikan, yaitu:
(1) Adanya perbaikan di sektor ekonomi, dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat, dan dapat mendukung kegiatan pemerintahan.
(2) Tumbuhnya intelektualitas dalam rangka membangun manusia yang memiliki komitmen untuk independen.
(3) Terjadinya pergeseran budaya dari masyarakat yang berbudaya paternalistik menjadi budaya yang lebih modern dan lebih independen.
(4)  Berkembangnya pluralisme dalam kehidupan yang beragam.
(5) Adanya partisipasi aktif dalam menciptakan tata pamong yang baik.
(6) Adanya keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang melandasi moral kehidupan.
2.2  Karakteristik Masyarakat Madani
Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu latar kemasyarakatan dan kebudayaan tertentu. Masyarakat Indonesia dan kebudayaaan nasional merupakan landasan Sistem Pendidikan Nasional. Landasan sosio-kultural merupakan salah satu dasar utama dalam menentukan arah kepada program-program pendidikan baik program pendidikan sekolah maupun program pendidikan luar sekolah. Dari sisi lain pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa “pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. Penekanan pada bagian terakhir itulah yang menyebabkan pendidikan itu dilukiskan sebagai merumuskan masa depan. Oleh karena itu, disamping dimensi horisontal, pendidikan haruslah memperhatikan dengan sungguh-sungguh dimensi vertikal, terutama keterkaiatan antara program pendidikan yang dilaksanakan sekarang ini dengan kehidupan peserta didik dimasa depan.
            Melalui upaya pendidikan, kebudayaan diwariskan dan dipelihara oleh setiap generasi bangsa. Serentak dengan itu upaya pendidikan diarahkan pula untuk mengembangkan kebudayaan itu. Kebudayaan yang dimaksudkan dalam arti luas yaitu “ keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
§   Kebudayaan itu dapat :
(1)    Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
(2)     Berwujud kelakuan yankni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
(3)    Berwujud fisik yakni benda-benda hasil karya manusia.
            Kajian masyarakat masa depan itu semakin penting jika diingat bahwa pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat madani di masa depan yaitu:




§   Karakteristik masyarakat madani adalah sebagai berikut :
(1) Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta mempublikasikan informasikan kepada publik.
(2) Demokratisasi, yaitu proses untuk menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sehingga muwujudkan masyarakat yang demokratis. Untuk menumbuhkan demokratisasi dibutuhkan kesiapan anggota masyarakat berupa kesadaran pribadi, kesetaraan, dan kemandirian serta kemampuan untuk berperilaku demokratis kepada orang lain dan menerima perlakuan demokratis dari orang lain.
(3) Toleransi, yaitu kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap sosial yang berbeda dalam masyarakat, sikap saling menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain.
(4) Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat yang majemuk disertai dengan sikap tulus, bahwa kemajemukan sebagai nilai positif dan merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
(5) Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian yang proporsiaonal antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap lingkungannya.
(6) Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain, sehingga masyarakat memiliki kedewasaan dan kemandirian berpolitik yang bertanggungjawab.
(7) Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya keadilan. Keadilan harus diposisikan secara netral, artinya setiap orang memiliki kedudukan dan perlakuan hukum yang sama tanpa kecuali.
2.3  Pembaharuan Paradigma Pendidikan
Perubahan paradigma pendidikan dari peradigma yang berorientasi pada pendidikan masa lalu (abad pertengahan) ke paradigma yang berorientasi ke masa depan. Seperti paradigma dualisme pendidikan yaitu adanya dikotomi (dua kelompok yang saling bertentangan) ilmu yang menjadi bidang garapan pendidikan yakni ilmu agama dan ilmu umum. Paradigma yang mengawetkan kemajuan ke paradigma yang merintis kemajuan, paradigma yang sentralistik ke paradigma yang desenralistik, proses pendidikan yang berorientasi teacher center ke student center.
Pendidikan yang selama ini difokuskan dengan pengajaran (teaching) harus difokuskan ke pendidikan (learning). Dengan adanya perubahan paradigma di atas diharapkan dapat memberikan rekonstruksi terhadap asas yang mendasar atau arah pendidikan di dalam usaha meletakkan dasar yang paling rasional untuk mengubah praktik pendidikan di dalam rangka membangun masyarkat yang demokratis, religius, dan tangguh menghadapi tantangan internal maupun global menuju masyarakat madani.
Konsep pendidikan adalah sebuah pemikiran yang akan menjadi dasar pengaplikasian kegiatan pendidikan atau model desain suatu lembaga pendidikan. Konsep pendidikan untuk menghadapi perubahan  pendidikan dalam masyarakat madani adalah pendidikan yang idealistik yaitu suatu konsep pendidikan yang integralistik, humanistik, pragmatik yang berdasarkan pada budaya yang kuat.
a.    Konsep Pendidikan Integralistik
Yaitu pendidikan yang diorientasikan pada komponen kehidupan meliputi orientasi Robbaniyyah (ketuhanan), insaniyyah (kemanusiaan) dan alamiyah. Sebagai sesuatu yang integralistik bagi perwujudan kehidupan yang baik serta pendidikan yang menganggap manusia sebagai pribadi jasmani, rohani, intelektual, perasaan, dan individu sosial yang akan menghasilkan manusia yang memiliki integritas yang tinggi.
b.   Konsep Pendidikan Humanistik.
Pendidikan yang berorientasi dengan memandang manusia sebagai manusia yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrahnya, manusia makhluk hidup yang harus mampu melangsungkan dan mempertahankan hidupnya. Posisi pendidikan dapat menghasilkan manusia yang manusiawi, mengembangkan dan membentuk manusia yang berfikir, berasa dan berkemauan untuk bertindak sesuai dengan nilai luhur kemanusiaan.



c.    Konsep Pendidikan Pragmatik
Pendidikan yang memandang manusia sebagai makhluk hidup  yang selalu membutuhkan sesuatu untuk melangsungkan dan mengembangkan hidupnya baik bersifat maupun rohani. Dengan demikian, model pendidikan ini diharapkan dapat mencetak manusia pragmatik yang sadar akan kebutuhan hidupnya dan peka terhadap masalah sosial kemanusiaan.
d.   Pendidikan yang Berakar dari Budaya
Yaitu pendidikan yang tidak meninggalkan akar sejarah baik secara kemanusiaan umumnya maupun sejarah kebudayaan suatu bangsa. Pendidikan ini diharapkan dapat membentuk manusia yang mempunyai kepribadian, harga diri dan percaya pada diri sendiri untuk membangun peradaban  berdasarkan budaya.
Dengan konsep pendidikan di atas akhirnya dapat dijadikan desain model pendidikan untuk membangun masyarakat madani. Dalam bentuk operasionalnya sebagai berukut:
(1)  Mendesain model pendidikan umum yang handal dan mampu bersaing dengan lembaga pendidikan yang lain. Dengan demikian visi misi dan tujuan pendidikan, kurikulum, materi pembelajaran, metode pembelajaran, manajemen pendidikan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman.
(2) Model pendidikan yang tetap mengkhususkan pada desain pendidikan keagamaan, yaitu sesuai dengan konsep-konsep agama masing-masing.
(3)  Model pendidikan tidak hanya dilaksanakan  di sekolah formal tetapi juga di luar sekolah seperti di lingkungan keluarga masyarakat sehingga pendidikan agama dan norma-norma dapat ditanamkan dan disosialisasikan yang menjadi kebutuhan peserta didik, akhirnya pendidikan agama dan norma-norma bukan lagi berupa pengetahuan yang di hafal tetapi menjadi kebutuhan dan perilaku aktual.
(4)  Desain pendidikan diarahkan pada dua dimensi. Dimensi itu meliputi dimensi dialektika (horisontal) pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam atau lingkungan sosialnya, akhirnya manusia mampu mengatasi tantangan dan kendala melalui pengembangan iptek. Kedua dimensi vertikal, hal ini pendidikan sebagai jembatan dalam memahami fenomena dan misteri kehidupan yang abadi.
Keempat model pendidikan di atas perlu diupayakan untuk membangun masyarakat madani. Dengan demikian apapun model pendidikan yang ditawarkan untuk membangun masyarakat madani pada dasarnya harus berfungsi untuk memberi kaitan antara peserta didik dengan nilai-nilai ilahiyah, pengetahuan, dan ketrampilan. Nilai-nilai demokrasi dan social cultural harus berfungsi untuk memberi kaitan secara operasional antara peserta didik dengan masyarkatnya.
3.       PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Masyarakat madani bermakna ganda yaitu suatu tatanan masyarakat yang menekankan pada nilai-nilai: demokrasi, transparansi, toleransi, potensi, aspirasi, motivasi, partisipasi, konsistensi, komparasi, koordinasi, simplifikasi, sinkronisasi, integrasi, emansipasi, dan hak asasi. Namun, yang paling dominan adalah masyarakat yang demokratis. Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip-prinsip moral yang menjamin kesimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat, inisiatif ari individu dan masyarakat akan berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintah yang berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.
Masyarakat madani memiliki karakteristik Free public sphere (ruang publik yang bebas), Demokratisasi, Toleransi, Pluralisme, Keadilan sosial (social justice), Partisipasi sosial, Supremasi hukum. Perwujudan masyarakat madani ditandai dengan karakteristik masyarakat madani, diantaranya wilayah publik yang bebas, demokrasi, toleransi, kemajemukan dan keadilan sosial. Strategi membangun masyarakat madani di indonesia dapat dilakukan dengan integrasi nasional dan politik, reformasi sistem politik demokrasi, perubahan paradigma pendidikan dan penyadaran politik.
3.2    Saran
            Sebaiknya penerapan masyarakat madani di Indonesia dapat lebih dikembangkan dalam aspek pendidikan, politik, sosial, dan budaya dan masyarakat madani perlu segera diwujudkan karena bermanfaat untuk meredam berbagai tuntutan reformasi dari dalam negeri maupun tekanan-tekanan politik dan ekonomi dari luar negeri sehingga dapat tecapainya cita-cita sesuai dengan harapan masyarakat madani. Masyarakat Madani yang diidamkan bukan semata-mata milik suatu komunitas tertentu, tetapi itu merupakan pemaknaan dari sebuah pemahaman tentang civil society. Terbangunnya daya serta pola pikir dengan nilai-nilai interensiknya akan merupakan jalan lapang menuju masyarakat madani yaitu masyarakat berperadaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang demokratis dan masyarakat sejahtera yang cinta damai.
Dengan demikian, di Indonesia diharapkan dapat menegakkan hukum yang sehat dan demokrasi. Masyarakat juga harus mengontrol kinerja pemerintah dan para wakilnya, agar tidak bertentangan dengan kehendak masyarakat madani. Baik menjadi anggota masyarakat madani maupun perangkat negara hendaknya dapat mewujudkan negara demokrasi yang berpedoman pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Daftar Pustaka
http://www.laskarislam.com, dikunjungi pada tanggal 8 April 2013.
Daliman, A. 1999. Reorientasi Pendidikan Sejarah melalui Pendekatan Budaya Menuju Transformasi Masyarakat Madani dan Integrasi Bangsa. Jakarta: Cakrawala Pendidikan.
Marzuki. 1999. Membangun Masyarakat Madani melalui Pendidikan Islam Sebuah Refleksi Pendidikan Nasional. Jakarta: Cakrawala Pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar