Jumat, 06 November 2015

HAKIKAT MANUSIA BERMAIN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANANI
Untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat
Yang di bimbing oleh bapak Usman Wahyudi


Disusun oleh   :
1.     Heri riki                                  (120611433899)






logo um hitam.png









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FEBRUARI 2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Olahraga merupakan salah satu cara seseorang untuk menjaga kesehatan , karena dengan olahraga di percaya tubuh akan menjadi sehat dan tubuh tidak mudah sakit. Banyak cara seseorang untuk melakukan olahraga , seperti lari-lari , fitnes, dan lain sebagainya. Olahraga memiliki banyak komponen penting , seperti rekreasi , bermain dan sebagainya.
Bermain adalah suatu kegiatan yang di lakukan seseorang sebagai salah satu cara pengganti olahraga , tetapi dengan bermain tubuh juga akan bergerak sehingga hal tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam komponen olahraga. Bermain dapat di lakukan saat ada waktu senggang, bermain dilakukan tanpa ada suatu paksaan dari seseorang sehingga bermain itu pun tidak ada peraturan kecuali dari permainan tersebut , karenana fungsi bermain disisni hanya sebagai slah satu bentuk pengganti olahraga. Jadi bermain dapat di lakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa.


B.    Rumusan Masalah
1.     Apa Hakikat filsafat pendidikan jasmani ?
2.     Apa hakikat bermain dalam pendidikan jasmani ?

C.    Tujuan
1.     Untuk mengetahui hakekat filsafat pendidikan jasmani.
2.     Untuk mengetahui hakikat bermain dalam pendidikan jasmani.












BAB II
PEMBAHASAN


A.    Hakekat Filsafat Pendidikan Jasmani

Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab yaitu “falsafah” dan dari bahasa Inggris “phylosophy” Kedua istilah tersebut berakar dari bahasa Yunani “philosophia” yang memiliki dua unsur kata, yaitu “philein” dan “sophia”. Philein berarti “cinta” dan “sophia” berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat atau philosophia “cinta kebijaksanaan”

Beberapa filsuf merumuskan pengertian filsafat sebagai berikut:

•      Plato: Filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
•      Aristoteles: Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu; metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).
•      Al Farabi: Filsafat adalah ilmu / pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat sebenarnya.
•      Rene Descartes: Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana alam, Tuhan, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
•      Immanuel Kant: Filsafat adalah ilmu / pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan), yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Masalah etika, yang menjawab persoalan apa yang harus kita kerjakan. Masalah ketuhanan (keagamaan), yang menjawab persoalan harapan kita dan masalah manusia.
•      Webster: Mendefinisikan filsafat sebagai “love of wisdom” dan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta, prinsip-prinsip, kenyataan, hakikat, dan kelakuan manusia.

Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :

·       Sebagai dasar dalam bertindak.
·       Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
·       Untuk mengurangi salah paham dan konflik.
·       Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.






                       



B.    Hakekat Bermain dalam Pendidikan Jasmani

Dalam ”konteks” pembelajaran pendidikan jasmani, ”menang atau kalah tidaklah penting”, yang penting adalah tentang bagaimana peserta didik tersebut dapat terlibat aktif dan mendapatkan kesenangan serta kepuasan dalam permainan tersebut. Apapun bentuk aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik, mereka harus pernah mendapatkan keberhasilan menurut perasaan mereka atau menurut pendapat olang lain sekalipun.

Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
·       Anak mengembangkan potensi-potensinya yang ada  padanya
·       Memberikan peluang untuk berkembang seutuhnya, baik fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psiksososial dan emosional)
·       Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca indrahnya sehingga terlatih dengan baik
·       Secara ilmiah memotivasi anak untuk mengetahui lebih dalam lagi.


 Pengertian Bermain Dan Permainan Bagi Anak
Permainan merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat ialah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka reladan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.
(Brooks, J.B. and D.M. Elliot.HumanDevelopment,1971,14,15-6) Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.” Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan Handout Materi Permainan Edukatif

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Konsep Bermain = Tidak ada paksaan dengan senang hati.

Huizingga (1950) 4 ciri pokok bermain
1.      Bebas & sukarela (tidak berlaku bagi anak-anak dan hewan)
2.      Bermain bukan kehidupan bisa / nyata ( bermain sungguh-sungguh tapi tak sungguh-sungguh / tidak sportifitas)
3.      Terutama tempat dan waktu
4.      Tidak mencari keuntungan materi

Roger Cailois (1955) Jenis-jenis Permainan
1.      Agon                        : Mencangkup semua pertandingan / perlombaan yang
                              mempunyai tujuan kemenangan.
2.      Alea             : Permainan yang dimaikan dadu / untung-untungan,pasif,
                              tidak memerlukan keterampilan, kecerdasan, otot.
3.      Mimikri       : Adanya kebebasan,tidak ada paksaan, adanya waktu dan \
                              Ruang.
4.      Ilinx             : Permainan yang mencerminkan keinginan untuk bergerak
                              bertualang dalam bentuk gerak dinamis


Anggani sudono
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak


Mayke s. Tedjasaputra
Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan perasaan - perasaan tertekan, dll


A. Aziz alimul
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa


Brooks & elliot, 1971
Bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. 

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Dalam bermain tidak ada peraturan lain kecuali yang ditetapkan permainan itu sendiri.

Johan Huizinga melihat permainan sebagai sumber dari bentuk-bentuk kultural paling penting, yang merentang sejak dari hal-hal yang menyenangkan, seperti seni, sampai ke hal-hal yang kurang menyenangkan dan kontroversial, seperti perang. Dalam karyanya Homo Ludens (manusia sebagai makhluk bermain – yang menjadi tesis antropologis-filsafatinya), Huizinga (1950: 18-21) memaparkan karakteristik bermain sebagai dorongan naluri, aktivitas bebas, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilaksanakan secara suka rela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Huizinga menyebutkan juga ciri khusus permainan: ini bukanlah kehidupan “nyata” dan kebebasan mewarnai aktivitas tersebut. Namun patut diingat bahwa sebenarnya Huizinga menegaskan permainan sebagai keberadaan yang “tak serius”, tetapi di saat yang sama menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-habisan (Huizinga, 1950: 21).

Huizinga melihat bahwa bermain dan berolahraga merupakan kegiatan yang senantiasa ada dalam inti kebudayaan masyarakat, sejak primitif sampai modern (Huizinga, dalam Hyland, 1990: 23). Meskipun “tak serius”, di dalam permainan terdapat nilai pendidikan, sehingga perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan melalui pemberian rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental sosial, dan moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan secara normal dan wajar. Tujuan yang ingin dicapai tersirat di dalam kegiatan itu, suatu ciri yang membedakannya dengan aktivitas ‘bekerja’ (KDI Keolahragaan, 2000: 9-10).




























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk yang yang membutuhkan kesehatan jasmani . Oleh karena itu manusia perlu melakukan aktifitas olahraga guna menjaga kesehatan dan kebugaran jasmaninya baik fisik mauapun mental agar terciptanya kesehatan yang seutuhnya.
B.    Saran
Hendaknya setiap manusia  menjaga kesehatanya. Karena menjaga kesehatan dan kebugaran termasuk cara mecintai tubuh dan karunia sang pencipta. Oleh karena itu rajinlah berolahraga secara teratur dan benar.







  












Tidak ada komentar:

Posting Komentar