HAKIKAT
MANUSIA BERMAIN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN JASMANANI
Untuk
memenuhi tugas matakuliah Filsafat
Yang
di bimbing oleh bapak
Usman Wahyudi
Disusun
oleh :
1. Heri
riki (120611433899)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN
FEBRUARI 2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Olahraga
merupakan salah satu cara seseorang untuk menjaga kesehatan , karena dengan
olahraga di percaya tubuh akan menjadi sehat dan tubuh tidak mudah sakit.
Banyak cara seseorang untuk melakukan olahraga , seperti lari-lari , fitnes,
dan lain sebagainya. Olahraga memiliki banyak komponen penting , seperti
rekreasi , bermain dan sebagainya.
Bermain adalah suatu kegiatan yang
di lakukan seseorang sebagai salah satu cara pengganti olahraga , tetapi dengan
bermain tubuh juga akan bergerak sehingga hal tersebut menjadi hal yang sangat
penting dalam komponen olahraga. Bermain dapat di lakukan saat ada waktu
senggang, bermain dilakukan tanpa ada suatu paksaan dari seseorang sehingga
bermain itu pun tidak ada peraturan kecuali dari permainan tersebut , karenana
fungsi bermain disisni hanya sebagai slah satu bentuk pengganti olahraga. Jadi
bermain dapat di lakukan oleh anak-anak maupun orang dewasa.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
Hakikat filsafat pendidikan jasmani ?
2. Apa
hakikat bermain dalam pendidikan jasmani ?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui hakekat filsafat pendidikan jasmani.
2. Untuk
mengetahui hakikat bermain dalam pendidikan jasmani.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Hakekat
Filsafat Pendidikan Jasmani
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab
yaitu “falsafah” dan dari bahasa Inggris “phylosophy” Kedua
istilah tersebut berakar dari bahasa Yunani “philosophia” yang memiliki dua
unsur kata, yaitu “philein” dan “sophia”. Philein berarti “cinta” dan “sophia”
berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat atau philosophia “cinta kebijaksanaan”
Beberapa filsuf merumuskan pengertian
filsafat sebagai berikut:
•
Plato: Filsafat
adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
•
Aristoteles:
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung
ilmu-ilmu; metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
(filsafat keindahan).
•
Al Farabi:
Filsafat adalah ilmu / pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikat
sebenarnya.
•
Rene Descartes:
Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana alam, Tuhan, dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.
•
Immanuel Kant:
Filsafat adalah ilmu / pengetahuan yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat pengetahuan),
yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui. Masalah etika, yang
menjawab persoalan apa yang harus kita kerjakan. Masalah ketuhanan (keagamaan),
yang menjawab persoalan harapan kita dan masalah manusia.
•
Webster:
Mendefinisikan filsafat sebagai “love of wisdom” dan sebagai ilmu pengetahuan
yang menyelidiki fakta, prinsip-prinsip, kenyataan, hakikat, dan kelakuan
manusia.
Manfaat
filsafat dalam kehidupan adalah :
·
Sebagai dasar dalam bertindak.
·
Sebagai dasar dalam mengambil keputusan.
·
Untuk mengurangi salah paham dan
konflik.
·
Untuk bersiap siaga menghadapi
situasi dunia yang selalu berubah.
B.
Hakekat
Bermain dalam Pendidikan Jasmani
Dalam ”konteks” pembelajaran
pendidikan jasmani, ”menang atau kalah tidaklah penting”, yang penting adalah
tentang bagaimana peserta didik tersebut dapat terlibat aktif dan mendapatkan
kesenangan serta kepuasan dalam permainan tersebut. Apapun bentuk aktivitas
yang dilakukan oleh peserta didik, mereka harus pernah mendapatkan keberhasilan
menurut perasaan mereka atau menurut pendapat olang lain sekalipun.
Definisi Bermain
Berdasarkan pengamatan, pengalaman dan hasil
penelitian para ahli, bahwa bermain mempunyai arti sebagai berikut :
·
Anak mengembangkan potensi-potensinya yang ada padanya
·
Memberikan peluang untuk berkembang seutuhnya, baik
fisik, intelektual, bahasa dan perilaku (psiksososial dan emosional)
·
Anak terbiasa menggunakan seluruh aspek panca
indrahnya sehingga terlatih dengan baik
·
Secara ilmiah memotivasi anak untuk mengetahui lebih
dalam lagi.
Pengertian Bermain Dan Permainan
Bagi Anak
Permainan merupakan
istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti
yang paling tepat ialah setiap kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan
hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka reladan tidak ada paksaan atau
tekanan dari luar atau kewajiban.
(Brooks, J.B. and D.M.
Elliot.HumanDevelopment,1971,14,15-6) Piaget menjelaskan bahwa
bermain “terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk
kesenangan fungsional.” Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah
kegiatan yang “tidak mempunyai peraturan
lain kecuali yang ditetapkan Handout Materi Permainan Edukatif”
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang
digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang
bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu
bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani,
meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Konsep
Bermain = Tidak ada paksaan dengan senang hati.
Huizingga
(1950) 4 ciri pokok bermain
1. Bebas
& sukarela (tidak berlaku bagi anak-anak dan hewan)
2. Bermain
bukan kehidupan bisa / nyata ( bermain sungguh-sungguh tapi tak sungguh-sungguh
/ tidak sportifitas)
3.
Terutama tempat dan waktu
4. Tidak
mencari keuntungan materi
Roger
Cailois (1955) Jenis-jenis Permainan
1. Agon : Mencangkup semua
pertandingan / perlombaan yang
mempunyai tujuan
kemenangan.
2. Alea : Permainan yang dimaikan dadu /
untung-untungan,pasif,
tidak memerlukan
keterampilan, kecerdasan, otot.
3. Mimikri : Adanya kebebasan,tidak ada paksaan,
adanya waktu dan \
Ruang.
4. Ilinx : Permainan yang mencerminkan keinginan
untuk bergerak
bertualang dalam
bentuk gerak dinamis
Anggani
sudono
Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian
atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi
pada anak
Mayke s. Tedjasaputra
Bermain merupakan pengalaman belajar
yang sangat berguna untuk anak, misalnya saja memperoleh pengalaman dalam
membina hubungan dengan sesama teman, menambah perbendaharaan kata, menyalurkan
perasaan - perasaan tertekan, dll
A. Aziz alimul
Bermain merupakan suatu aktivitas
dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan ketrampilan, memberikan ekspresi
terhadap pemikiran, menjadi kreatif, serta mempersiapkan diri untuk berperan
dan berperilaku dewasa
Brooks & elliot, 1971
Bermain adalah setiap kegiatan yang
dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan secara sukarela tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Dalam bermain
tidak ada peraturan lain kecuali yang ditetapkan permainan itu sendiri.
Johan Huizinga melihat permainan
sebagai sumber dari bentuk-bentuk kultural paling penting, yang merentang sejak
dari hal-hal yang menyenangkan, seperti seni, sampai ke hal-hal yang kurang menyenangkan
dan kontroversial, seperti perang. Dalam karyanya Homo Ludens (manusia
sebagai makhluk bermain – yang menjadi tesis antropologis-filsafatinya),
Huizinga (1950: 18-21) memaparkan karakteristik bermain sebagai dorongan
naluri, aktivitas bebas, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan
biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilaksanakan secara
suka rela, tanpa paksaan, dalam waktu luang. Huizinga menyebutkan juga ciri
khusus permainan: ini bukanlah kehidupan “nyata” dan kebebasan mewarnai
aktivitas tersebut. Namun patut diingat bahwa sebenarnya Huizinga menegaskan
permainan sebagai keberadaan yang “tak serius”, tetapi di saat yang sama
menyeret pemainnya untuk bermain intens atau habis-habisan (Huizinga, 1950:
21).
Huizinga
melihat bahwa bermain dan berolahraga merupakan kegiatan yang senantiasa ada
dalam inti kebudayaan masyarakat, sejak primitif sampai modern (Huizinga, dalam
Hyland, 1990: 23). Meskipun “tak serius”, di dalam permainan terdapat nilai
pendidikan, sehingga perlu dimanfaatkan sebagai upaya menuju pendewasaan
melalui pemberian rangsangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik,
mental sosial, dan moral yang berguna pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan secara normal dan wajar. Tujuan yang ingin dicapai tersirat di
dalam kegiatan itu, suatu ciri yang membedakannya dengan aktivitas ‘bekerja’
(KDI Keolahragaan, 2000: 9-10).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk yang yang membutuhkan kesehatan jasmani . Oleh
karena itu manusia perlu melakukan aktifitas olahraga guna menjaga kesehatan
dan kebugaran jasmaninya baik fisik mauapun mental agar terciptanya kesehatan
yang seutuhnya.
B. Saran
Hendaknya setiap manusia menjaga
kesehatanya. Karena menjaga kesehatan dan kebugaran termasuk cara mecintai
tubuh dan karunia sang pencipta. Oleh karena itu rajinlah berolahraga secara
teratur dan benar.
Lebih lengkapnya lagi https://independent.academia.edu/HeriDarso
Tidak ada komentar:
Posting Komentar