PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam berbagai jenis olahraga baik
olahraga dengan gerakan-gerakan yang bersifat konstan seperti jogging, marathon
dan bersepeda atau juga pada olahraga yang melibatkan gerakangerakan yang
explosif seperti menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga tenis atau
bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan molekul adenosine
triphospate atau yang biasadisingka sebagai ATP. Simpanan energi yang
terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan phosphocreatine (PCr),
karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan melalui
metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks.
Pengunaan simpanan-simpanan energy tersebut beserta jalur metabolisme energi
yang akan digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung
terhadap jenis aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasrakan
uraian pada keterangan di atas dapat di ambil rumusan masalah seperti :
Dimana
proses metabolisme energy di prose di dalam tubuh.?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah
ini adalah sebagai panduan atau sebagai sebagian kecil sumber pengetahuan
tentang metabolisme energy saat kita berolahraga. Dan nantinya dapat menambah
pengetahuan dan juga bermanfaat bagi kita.
1.4 Metode Penulisan
Dalam pembuatan
makalah ini kami menggunakan metode membaca buku-buku dan brouwsing internet
yang berkaitan denga penulisan makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Metabolisme Energi Saat Berolahraga
Inti dari semua proses metabolisme energi di
dalam tubuh adalah untuk menresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat
berjalan secara aerobik maupun anearobik. Proses hidrolisis ATP yang akan
menghasilkan energi ini dapat dituliskan melalui persamaan reaksi kimia
sederhana sebagai berikut:
ATP + H O ---> ADP + H + Pi -31 kJ per 1 mol ATP
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP
akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ (7.3 kkal) serta akan menghasilkan
produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi (inorganik fosfat).
Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat digunakan
oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr),
glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan
juga protein. Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan,
metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak
dan sebagian kecil (±5%) dari pemecahan simpananprotein yang terdapat di dalam
tubuh untuk menghasilkan ATP (adenosine triphospate). Proses metabolisme
ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O ) yang
diperoleh melalui proses pernafasan.
Sedangkan pada aktivitas yang bersifat
anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang
membutuhkan energy secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine
(PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme
energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O Proses metabolisme energi secara anaerobik
dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan
metabolisme energi secara aerobik. Sehingga untuk gerakan-gerakan dalam
olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu yang singkat, proses
metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan cepat namun
hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun
prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara
anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1
molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga
dikatakan merupakan proses yang bersih karena selain akan menghasilkan energi,
proses tersebut hanya akan menghasilkan produk samping berupa karbondioksida
(CO ) dan air (H O). Hal ini berbeda dengan proses metabolisme secara anaerobik
yang juga akan menghasilkan produk samping berupa asam laktat yang apabila
terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa nyeri pada
otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakangerakan bertenaga saat
berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan
harus diselingi dengan interval istirahat.
2.2 Proses Metabolisme Secara Anaerobik
A.
Sistem
PCr
Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino yang tersimpam di dalam otot sebagai
sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi
yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses
metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP.
Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang
tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine
dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energy sebesar 43 kJ
(10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui
proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada
molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk
molekul ATP (adenosine triphospate).
Melalui proses hidrolisis PCr, energy dalam jumlah besar
(2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant
untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi
yang bertenaga. Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam
jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi
yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk
mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik. Karena fungsinya sebagai salah
satu sumber energi tubuh dalam aktivitas anaerobik, supplementasi creatine mulai
menjadi popular pada awal tahun 1990-an setelah berakhirnya Olimpiade Barcelona.
Creatine dalam bentuk creatine monohydrate telah menjadi suplemen
nutrisi yang banyak digunakan untuk meningkatkan kapasitas aktivitas anaerobik.
Namun secara alami, creatine ini akan banyak terkandung di dalam bahan
makanan protein hewani seperti daging dan ikan.
B.
Glikolisis
(Sistem Glikolitik)
Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energi
yang dapat berjalan secara anaerobik tanpa kehadiran oksigen. Proses
metabolisme energi ini mengunakan simpanan glukosa yang sebagian besar akan
diperoleh dari glikogen otot atau juga dari glukosa yang terdapat di dalam
aliran darah untuk menghasilkan ATP. Inti dari proses glikolisis yang terjadi
di dalam sitoplasma sel ini adalah mengubah molekul glukosa menjadi asam
piruvat dimana proses ini juga akan disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP
yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantung
berdasarkan asal molekul glukosa.
Jika molekul glukosa berasal dari dalam darah maka 2 buah ATP akan
dihasilkan namun jika molekul glukosa berasal dari glikogen otot maka sebanyak
3 buah ATP akan dapat dihasilkan. Mokelul asam piruvat yang terbentuk dari
proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme lanjut baik secara
aerobik maupun secara anaerobik bergantung terhadap ketersediaan oksigen di
dalam tubuh. Pada saat berolahraga dengan intensitas rendah dimana ketersediaan
oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini
dapat diubah menjadi CO dan H O di dalam mitokondria sel. Dan jika ketersediaan
oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi
secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut
akan terkonversi menjadi asam laktat.
2.3
Metabolisme Energi Secara Aerobik
Pada jenis-jenis olahraga yang bersifat ketahanan
(endurance) seperti lari marathon, bersepeda jarak jauh (road cycling)
atau juga lari 10 km, produksi energi di dalam tubuh akan bergantung terhadap
sistem metabolisme energi secara aerobik melalui pembakaran karbohidrat, lemak
dan juga sedikit dari pemecahan protein. Oleh karena itu maka atlet-atlet yang
berpartisipasi dalam ajang-ajang yang bersifat ketahanan ini harus mempunyai
kemampuan yang baik dalam memasok oksigen ke dalam tubuh agar proses
metabolisme energi secara aerobik dapat berjalan dengan sempurna. Proses
metabolisme energi secara aerobik merupakan proses metabolisme yang membutuhkan
kehadiran oksigen (O ) agar prosesnya dapat berjalan dengan sempurna untuk
menghasilkan
ATP. Pada saat berolahraga, kedua simpanan energi tubuh yaitu simpanan
karbohidrat (glukosa darah, glikogen otot dan hati) serta simpanan lemak dalam
bentuk trigeliserida akan memberikan kontribusi terhadap laju produksi energi
secara aerobik di dalam tubuh. Namun bergantung terhadap intensitas olahraga
yang dilakukan, kedua simpanan energi ini dapat memberikan jumlah kontribusi
yang berbeda. Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi utama saat
berolahraga dan oleh karenanya maka pembahasan metabolisme energi secara
aerobik pada tulisan ini akan difokuskan kepada metabolisme simpanan
karbohidrat dan simpanan lemak.
A. Pembakaran Karbohidrat
Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat yang di hasilkan
ini kemudian akan diubah menjadi Asetil-KoA di dalam mitokondsia. Proses
perubahan dari asam piruvat menjadi Asetil-KoA ini akan berjalan dengan
ketersediaan oksigen serta akan menghasilkan produk samping berupa NADH yang
juga dapat menghasilkan 2-3 molekul ATP. Untuk memenuhi kebutuhan energi bagi
sel-sel tubuh, Asetil-KoA hasil konversi asam piruvat ini kemudian akan masuk
ke dalam siklus asam-sitrat untuk kemudian diubah menjadi karbon dioksida (CO
), ATP, NADH dan FADH melalui tahapan reaksi yang kompleks. Reaksi-reaksi yang
terjadi dalam proses yang telah disebutkan dapat dituliskan melalui persamaan
reaksi sederhana sebagai berikut:
Asetil-KoA + ADP + Pi + 3 NAD + FAD + 3H O ---> 2CO + CoA + ATP + 3
NADH + 3H + FADH
Setelah melewati berbagai tahapan proses reaksi di dalam siklus
asam sitrat, metabolisme energy dari glukosa kemudian akan dilanjutkan kembali
melalui suatu proses reaksi yang disebut sebagai proses fosforlasi oksidatif.
Dalam proses ini, molekul NADH dan juga FADH yang dihasilkan dalam siklus asam
sitrat akan diubah menjadi molekul ATP dan H O. Dari 1 molekul NADH akan dapat
dihasilkan 3 buah molekul ATP dan dari 1 buah molekul FADH akan dapat
menghasilkan 2 molekul ATP. Proses metabolisme energi secara aerobik melalui
pembakaran glukosa/glikogen secara total akan menghasilkan 38 buah molukul ATP
dan juga akan menghasilkan produk samping berupa karbon dioksida (CO ) serta
air (H O). Persamaan reaksi sederhana untuk mengambarkan proses tersebut dapat
dituliskan sebagai berikut :
Glukosa + 6O +38 ADP + 38Pi ---> 6 CO + 6 H O + 38 ATP
B.
Pembakaran
Lemak
Langkah
awal dari metabolisme energi lemak adalah melalui proses pemecahan simpanan
lemak yang terdapat di dalam tubuh yaitu trigeliserida. Trigeliserida di dalam
tubuh ini akan tersimpan di dalam jaringan adipose (adipose tissue)
serta di dalam sel-sel otot (intramuscular triglycerides). Melalui
proses yang dinamakan lipolisis, trigeliserida yang tersimpan ini akan
dikonversi menjadi asam lemak (fatty acid) dan gliserol. Pada proses
ini, untuk setiap 1 molekul trigeliserida akan terbentuk 3 molekul asam lemak
dan 1 molekul gliserol .
Kedua
molekul yang dihasilkan melalu proses ini kemudian akan mengalami jalur
metabolisme yang berbeda di dalam tubuh. Gliserol yang terbentuk akan masuk ke
dalam siklus metabolisme untuk diubah menjadi glukosa atau juga asam piruvat.
Sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipecah menjadi unitunit kecil melalui
proses yang dinamakan ß-oksidasi untuk kemudian menghasilkan energi (ATP) di
dalam mitokondria sel Proses ß-oksidasi berjalan dengan kehadiran oksigen serta
membutuhkan adanya karbohidrat untuk menyempurnakan pembakaran asam lemak. Pada
proses ini, asam lemak yang pada umumnya berbentuk
rantai panjang yang terdiri dari ± 16 atom karbon akan dipecah
menjadi unit-unit kecil yang terbentuk dari 2 atom karbon. Tiap unit 2 atom
karbon yang terbentuk ini kemudian dapat mengikat kepada 1 molekul KoA untuk
membentuk asetil KoA. Molekul asetil-KoA yang terbentuk ini kemudian akan masuk
ke dalam siklus asam sitrat dan diproses untuk menghasilkan energi seperti
halnya dengan molekul asetil-KoA yang dihasil melalui proses metabolisme energi
dari glukosa/glikogen.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Metabolisme aerobik dan
metabolisme anaerobik. Metabolisme aerobik yaitu metabolisme energi pembakaran lemak dan karbohidrat dengan kehadiran oksigen (O2).
Oksigen tersebut muncul melalui proses pernafasan. Sementara itu, metabolisme
anaerobik merupakan metabolisme dengan tanoa kehadiran oksigen (O2).
Energi yang disediakan melalui metabolisme energi secara aerobik
cenderung tersedia dalam jangka waktu yang panjang bagi tubuh. Sebaliknya, metabolisme
energi secara anaerobik cenderung waktunya pendek bagi tubuh. Jangka waktu
energi tersedia bagi tubuh kira-kira 5-10 detik.
Metabolisme energi secara aerobik merupakan proses yang tidak
menghasilkan produk sampingan sehingga lebih bersih jika dibandingkan dengan
metabolisme energi secara anaerobik yang menghasilkan asam laktan. Produk
sampingan berupa asam laktat itu membatasi efektivitas kontraksi otot sehingga
menimbulkan rasa nyeri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa olahraga sangat
mempengaruhi metabolisme tubuh dan memberikan dampak, baik dampak positif
maupun dampak negative
3.2 SARAN
Setelah memahami
dan mengerti maksut dari makalah ini alangkah baiknya kita Tubuh
kita memiliki simpanan karbohidrat dengan jumlah yang tidak banyak yaitu sekitar
0,5 kg. Simpanan karbohidrat tersebut berbentuk glikogen otot, glikogen hati,
dan glukosa darah. Sementara simpanan karbohidrat jumlahnya terbatas, simpanan
lemak jumlahnya banyak. Simpanan lemak berada di dalam jaringan adipose dan di
dalam otot sebagai triasilgliserol.
DAFTAR
PUSTAKA
Dennis, S.C., &
Noakes, T.D., Exercise:muscle & metabolic requirement. In Encyclopedia
of Food Sciences & Nutrition, 2nd Edition, Caballero, B. Trugo, L.C.,
& Finglas, P.M.,Eds,. Academic Press. 2003.
Atmalsier,
Sunita “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”
Gramedia Pustaka Utama14-19 Jakarta 2001
Corwin,
J. Elizabeth, Buku Saku Patofisiologi
E.G.C 581-83, Jakarta 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar