BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakan
Teori belajar motorik behavior
elementaristik adalah perubahan perilaku
keterampilan gerak yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret yang
didapat dan percobaan-percobaan. Biasnya percobaan-percobaannya dilakukan pada
hewan, misalnya pada hewan monyet yang ingin mengambil buah dengan tongkat dan
harinau yang buas menjadi jinak.
Teori behavioristik ini disebut juga teori tradisonal. salah satu contoh mengapa disebut
teri tradisional pada keluarga. ” apabila seorang anak nakal atau melakukan
kesalahan, maka orang tua anak tersebut akan memeberikan PANISMEN dimaksudkan
agar anak tersebut tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya..
1.2
Rumusan Masalah
Berdasrakan uraian pada keterangan di
atas dapat di ambil rumusan masalah seperti :
Apa tujuan penerapan teori
behavioristik dalam proses pembelajaran motorik?
Apa sajakah teori-teori yang ada dalam teori behavioristik?
Bagaimana perkembangan teori behavioristik dalam proses belajar motorik?
Apa saja ciri-ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik?
Bagaimana aplikasi dasarnya terhadap pembelajaran motorik?
1.3
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai
panduan atau sebagai sebagian kecil sumber pengetahuan tentang system
pencernaan dalam manusia. Dan nantinya dapat menambah pengetahuan dan juga
bermanfaat bagi kita.
1.4 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode
membaca buku-buku dan brouwsing internet yang berkaitan denga penulisan makalah
ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Tujuan penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran
motorik.
Seperti
kita ketahui sebelumnya kalau teori behavioristik tidak hanya dilakukan dalam
lingkungan keluarga saja tetapi juga dalam pembelajaran olah raga mulai dari
tingka TK, SD, SMP, SMA bahkan ditingkat UNIVERSITAS. Dalam kegiatan balajar
pasti kita semua pernah mengalami kesalahan dan secara otomatis kita akan memperbaiki
kesalahan tersebut. Baik dengan bantuan orang lain atau tanpa bantuan orang
lain.
Dengan
menggunakan teori behavioristik ini dimaksudkan agar sipembelajar tidak
mengulangi kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya atau memperbaiki
keslahannya sehingga mempercepat keterampilan serta kemampuan motoriknya.
Dengan bertambah cepatnya sipembalajar melakukan memahami suatu keterampilan
motorik maka waktu yang dibutuhkan sipembelajar untuk memahami suatu
keterampilan motorik semakin singkat atau EFISIENSI terhadap waktu.
2.2. Pengertian teori-teori yang ada didalam teori
behavioristik.
Dalam
teori-teori behavioristik terdapt teori-teori didalamnya, diantaranya :
·
Teori
Koneksionisme (Edward Edward Lee Thorndike 1874-1949)
Yaitu peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi
antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Teori yang
terkenal dari Throndike adala Puzzle Box yaitu percobaab pada kucing. Sedang
pada teori ini terdapat 3 macam bagian dan juga penerapannya pada kegiatan belajar
mototik.
1.
Hukum
Kesiapan (Low Of Readines)
Yaitu semakin siap suatu organisme
memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
2.
Hukum Latihan
(Low Of Exercise)
Yaitu
semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi
tersebut akan semakin kuat.
3.
Hukum Akibat
(Low Of Effect)
Yaitu
hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan
cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada
makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan
yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan
kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah”
hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia
mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum.
Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
·
Teori classical conditioning (Ivan Petrovich Pavlov 1849-1936).
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah
proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang
(anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun
demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan
binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
· Teori operant conditioning (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990).
Operant Conditioning adalah suatu proses
perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.Skinner membuat
eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan
tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah
dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan,
penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat
dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari
makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak
sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan
secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses
ini disebut shapping.
· Teori cybernitics (Robert Gagne 1916-2002).
Pada teori
ini lbih menekankan pada teknologi yang modern, speri belajar belajar yang menacu
pada proses komputer (input&output) atau menghasilkan hasil yang sam
persis.
· Teori bobo doll (Albert Bandura (1925-masih hidup).
Eksperimennya yang sangat
terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
2.3.
Perkembangan
teori behavioristik dalam belajar motorik.
Pada saat ini, penggunaan teori behavioristik tidak hanya terpacu pada
satu model teori saja tetapi ada juga yang memodifikasinya dengan mencapur dari
beberapa teori lainnya. Karena dianggap lebih bagus dalam proses pembelajaran
motorik dan juga agar sipembelajar tidak merasa bosan. Karena kita pasti merasa
bosan bila hanya mempelajari yang itu-itu saja. Maka dari itu dibutuhkan
pengembangan-pengembangan dari teori-teori behavioristik dalam kegiatan belajar
motorik.
2.4.
Ciri-ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik dalam belajar
motorik.
Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik dalam belajar
motorik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a. Mementingkan
pengaruh lingkungan
b. Mementingkan
bagian-bagian
c. Mementingkan
peranan reaksi
d. Mengutamakan
mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e.
Mementingkan
peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g.
Hasil
belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2.5
Aplikasi dasar
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan
belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian
materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu
jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan
tugas belajarnya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi manusia dalam melakukan aktifitas setiap hari harus memenuhi
kebutuhan energiny adengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tesebut kemudian
diuraikan dalam system pencernaan menjadi sumber energy dan lain lain. Secara
umum fungsi makan adalah sebagai sumber energy, sebagai bahan kerangka
biosintesis
Sebagai nutrisi esensial yang membantu fungsi fisiologis.
Sedangkan system pencernaan manusia terdiri atas
3.2 SARAN
Setelah
memahami dan mengerti maksut dari makalah ini alangkah baiknya kita saling
menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan. Dengan lingkungan yang bersih
dan sehat salain kita bisa merasakan kita juga bebas daari gangguan penyakit
salah satunya penyakit demam berdarah yang di akibatkan nyamuk aedit adygti.lebih
baik mencegah dari pada mengobati seperti pepatah mengatakan.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar