Sabtu, 07 November 2015

TEORI BELAJAR BEHAVIOR DALAM BELAJAR MOTORIK

BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakan
        Teori belajar motorik behavior elementaristik adalah perubahan perilaku keterampilan gerak yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret yang didapat dan percobaan-percobaan. Biasnya percobaan-percobaannya dilakukan pada hewan, misalnya pada hewan monyet yang ingin mengambil buah dengan tongkat dan harinau  yang buas menjadi jinak.
Teori behavioristik ini disebut juga teori tradisonal. salah satu contoh mengapa disebut teri tradisional pada keluarga. ” apabila seorang anak nakal atau melakukan kesalahan, maka orang tua anak tersebut akan memeberikan PANISMEN dimaksudkan agar anak tersebut tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukannya..
1.2   Rumusan Masalah
Berdasrakan uraian pada keterangan di atas dapat di ambil rumusan masalah seperti :
 Apa tujuan penerapan teori behavioristik dalam proses pembelajaran motorik?
Apa sajakah teori-teori yang ada dalam teori behavioristik?
Bagaimana perkembangan teori behavioristik dalam proses belajar motorik?
Apa saja ciri-ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik?
Bagaimana aplikasi dasarnya terhadap pembelajaran motorik?
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai panduan atau sebagai sebagian kecil sumber pengetahuan tentang system pencernaan dalam manusia. Dan nantinya dapat menambah pengetahuan dan juga bermanfaat bagi kita.
1.4 Metode Penulisan
Dalam pembuatan makalah ini kami menggunakan metode membaca buku-buku dan brouwsing internet yang berkaitan denga penulisan makalah ini.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Tujuan penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran motorik.
Seperti kita ketahui sebelumnya kalau teori behavioristik tidak hanya dilakukan dalam lingkungan keluarga saja tetapi juga dalam pembelajaran olah raga mulai dari tingka TK, SD, SMP, SMA bahkan ditingkat UNIVERSITAS. Dalam kegiatan balajar pasti kita semua pernah mengalami kesalahan dan secara otomatis kita akan memperbaiki kesalahan tersebut. Baik dengan bantuan orang lain atau tanpa bantuan orang lain.
Dengan menggunakan teori behavioristik ini dimaksudkan agar sipembelajar tidak mengulangi kesalahan yang telah dilakukan sebelumnya atau memperbaiki keslahannya sehingga mempercepat keterampilan serta kemampuan motoriknya. Dengan bertambah cepatnya sipembalajar melakukan memahami suatu keterampilan motorik maka waktu yang dibutuhkan sipembelajar untuk memahami suatu keterampilan motorik semakin singkat atau EFISIENSI terhadap waktu.
2.2.   Pengertian teori-teori yang ada didalam teori behavioristik.
Dalam teori-teori behavioristik terdapt teori-teori didalamnya, diantaranya :
·       Teori Koneksionisme (Edward Edward Lee Thorndike 1874-1949)
Yaitu peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Teori yang terkenal dari Throndike adala Puzzle Box yaitu percobaab pada kucing. Sedang pada teori ini terdapat 3 macam bagian dan juga penerapannya pada kegiatan belajar mototik.

1.     Hukum Kesiapan (Low Of Readines)
      Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
     


2.     Hukum Latihan (Low Of Exercise)
Yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.

3.     Hukum Akibat (Low Of Effect)
Yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
Koneksi antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak dapat menguat atau melemah, tergantung pada “buah” hasil perbuatan yang pernah dilakukan. Misalnya, bila anak mengerjakan PR, ia mendapatkan muka manis gurunya. Namun, jika sebaliknya, ia akan dihukum. Kecenderungan mengerjakan PR akan membentuk sikapnya.
·       Teori classical conditioning (Ivan Petrovich Pavlov  1849-1936).
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaanny terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kin sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.

·       Teori  operant conditioning (Burrhus Frederic Skinner 1904-1990).

Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.Skinner membuat eksperimen sebagai berikut :
Dalam laboratorium Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut “skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yangdapat diatur nyalanya, dan lantai yanga dapat dialir listrik. Karena dorongan lapar tikus beruasah keluar untuk mencari makanan. Selam tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shapping.

·       Teori cybernitics (Robert Gagne 1916-2002).

Pada teori ini lbih menekankan pada teknologi yang modern, speri belajar belajar yang menacu pada proses komputer (input&output) atau menghasilkan hasil yang sam persis.

·       Teori  bobo doll (Albert Bandura (1925-masih hidup).

Eksperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
2.3.     Perkembangan teori behavioristik dalam belajar motorik.
Pada saat ini, penggunaan teori behavioristik tidak hanya terpacu pada satu model teori saja tetapi ada juga yang memodifikasinya dengan mencapur dari beberapa teori lainnya. Karena dianggap lebih bagus dalam proses pembelajaran motorik dan juga agar sipembelajar tidak merasa bosan. Karena kita pasti merasa bosan bila hanya mempelajari yang itu-itu saja. Maka dari itu dibutuhkan pengembangan-pengembangan dari teori-teori behavioristik dalam kegiatan belajar motorik.
2.4.     Ciri-ciri kuat yang mendasari penerapan teori behavioristik dalam belajar motorik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik dalam belajar motorik adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
a.      Mementingkan pengaruh lingkungan
b.     Mementingkan bagian-bagian
c.      Mementingkan peranan reaksi
d.     Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e.      Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f.      Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g.     Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
2.5   Aplikasi dasar
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.














BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi manusia dalam melakukan aktifitas setiap hari harus memenuhi kebutuhan energiny adengan cara mengkonsumsi makanan. Makanan tesebut kemudian diuraikan dalam system pencernaan menjadi sumber energy dan lain lain. Secara umum fungsi makan adalah sebagai sumber energy, sebagai bahan kerangka biosintesis
Sebagai nutrisi esensial yang membantu fungsi fisiologis. Sedangkan system pencernaan manusia terdiri atas


3.2 SARAN
            Setelah memahami dan mengerti maksut dari makalah ini alangkah baiknya kita saling menjaga, merawat, dan melestarikan lingkungan. Dengan lingkungan yang bersih dan sehat salain kita bisa merasakan kita juga bebas daari gangguan penyakit salah satunya penyakit demam berdarah yang di akibatkan nyamuk aedit adygti.lebih baik mencegah dari pada mengobati seperti pepatah mengatakan.








DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar